Sunday, July 29, 2007

Part II

.............
Aku mencintaimu. Jika aku diterima di surga, aku akan memastikan kau menjalani kehidupan yang aman dan damai, serta menunggumu di sana. Jika aku masuk neraka gara-gara ini, aku akan memberikan segalanya untuk membayar utang-utang kita berdua selama hidup, mengusahakan agar kau diberi hak masuk surga saat waktumu tiba. Jika aku menjadi hantu, aku akan menjagamu di malam hari dan mengusir setiap roh jahat yang mengusik istirahatmu. Jika tak ada tempat di mana-mana bagiku, aku akan menguap di udara dan terus bersamamu dalam setiap tarikan napasmu.
Terima kasih, cintaku.
..........
(Sky Burial - XINRAN ; 243)

Aku membaca surat indah itu berulang kali, membacanya untuk menelaah kemiripan antara Wen dan diriku. Hasilnya? NIHIL! Kalau Wen menempatkan cinta sebagai napas yang memberinya kehidupan, aku hanya menempatkan cinta sebagai keinginan yang bisa kuabaikan dan kuingkari. Aku tak pernah menempatkan cinta kita sebagai tujuan yang akan kuraih dalam hidup ini.

Saat bis membawaku membelah Centro menuju Asiacenter, aku sudah mampu mengabaikanmu. Kegundahan semalam bahkan telah membuatku membuangmu jauh dari hatiku. Mungkin hal itu juga yang membuat siapapun begitu sulit memahamiku, sebentar penuh cinta dan sentimental, sejenak kemudian acuh dan tak butuh!

..............
Sambil meletakkan jemarinya di atas potret yang telah berbagi dengannya kemanisan,kegetiran serta perubahan kehidupan selama bertahun-tahun dengannya, ia mendesahkan kata-kata Om mani padme hum.
Nun jauh di atas sana, sebuah keluarga angsa terbang pulang. Di sini, tak ada burung nasar keramat maupun pemakaman langit.
(Sky Burial - XINRAN ; 278)

Handycam kuarahkan sepanjang jalan, bergerak-gerak dan sesekali terguncang. Aku tak menangkap isyarat alam yang mungkin akan mengingatkanku padamu. Mengapa perasaan ini cepat berubah? Tiba-tiba kebas dan membencimu! Benci yang terkumpul karena lemahnya aku, benci yang membuatku enggan untuk memperjuangkan cinta yang sebelumnya begitu kuyakini hanya layak untukmu.

Lebih tepatnya benciku pada diri sendiri yang menular hingga kaupun ikut kubenci. Tapi mungkin itu jalan terbaik agar aku terjaga dan berani melihat kenyataan pahit : KAU TAK LAYAK KUPERJUANGKAN

Saat kusantap sekerat daging rusa, aku bisa merasakan hambarnya. Saat kutatap kerlip lampu di sisi Pest dari puncak Liberty Statue, tak kulihat pendarmu disana. Dan angin kering yang dingin terasa menggigit memelukku. Seluruh indraku telah berfungsi dengan semestinya, tak ada lagi bayanganmu yang selama ini membuat segalanya hanya FATAMORGANA.
Ah, aku pulang ke Central Bacilica dengan langkah gontai namun aku yakin malam ini bisa tidur nyenyak tanpa mengingatmu lagi! Aku sudah waras kembali!

Kau, selamat tinggal!

at 5:47 PM 2 comments

…………….
Aku mencintaimu. Jika aku diterima di surga, aku akan memastikan kau menjalani kehidupan yang aman dan damai, serta menunggumu di sana. Jika aku masuk neraka gara-gara ini, aku akan memberikan segalanya untuk membayar utang-utang kita berdua selama hidup, mengusahakan agar kau diberi hak masuk surga saat waktumu tiba. Jika aku menjadi hantu, aku akan menjagamu di malam hari dan mengusir setiap roh jahat yang mengusik istirahatmu. Jika tak ada tempat di mana-mana bagiku, aku akan menguap di udara dan terus bersamamu dalam setiap tarikan napasmu.
Terima kasih, cintaku.
………………
(Sky Burial – XINRAN ; 243)

Aku membaca surat indah itu berulang kali, membacanya untuk menelaah kemiripan antara Wen dan diriku. Hasilnya? NIHIL! Kalau Wen menempatkan cinta sebagai napas yang memberinya kehidupan, aku hanya menempatkan cinta sebagai keinginan yang bisa kuabaikan dan kuingkari. Aku tak pernah menempatkan cinta kita sebagai tujuan yang akan kuraih dalam hidup ini.

Saat bis membawaku membelah Centro menuju Asiacenter, aku sudah mampu mengabaikanmu. Kegundahan semalam bahkan telah membuatku membuangmu jauh dari hatiku. Mungkin hal itu juga yang membuat siapapun begitu sulit memahamiku, sebentar penuh cinta dan sentimental, sejenak kemudian acuh dan tak butuh!

…………………….
Sambil meletakkan jemarinya di atas potret yang telah berbagi dengannya kemanisan,kegetiran serta perubahan kehidupan selama bertahun-tahun dengannya, ia mendesahkan kata-kata Om mani padme hum.
Nun jauh di atas sana, sebuah keluarga angsa terbang pulang. Di sini, tak ada burung nasar keramat maupun pemakaman langit.
(Sky Burial – XINRAN ; 278)

Handycam kuarahkan sepanjang jalan, bergerak-gerak dan sesekali terguncang. Aku tak menangkap isyarat alam yang mungkin akan mengingatkanku padamu. Mengapa perasaan ini cepat berubah? Tiba-tiba kebas dan membencimu! Benci yang terkumpul karena lemahnya aku, benci yang membuatku enggan untuk memperjuangkan cinta yang sebelumnya begitu kuyakini hanya layak untukmu.

Lebih tepatnya benciku pada diri sendiri yang menular hingga kaupun ikut kubenci. Tapi mungkin itu jalan terbaik agar aku terjaga dan berani melihat kenyataan pahit : KAU TAK LAYAK KUPERJUANGKAN

Saat kusantap sekerat daging rusa, aku bisa merasakan hambarnya. Saat kutatap kerlip lampu di sisi Pest dari puncak Liberty Statue, tak kulihat pendarmu disana. Dan angin kering yang dingin terasa menggigit memelukku. Seluruh indraku telah berfungsi dengan semestinya, tak ada lagi bayanganmu yang selama ini membuat segalanya hanya FATAMORGANA.
Ah, aku pulang ke Central Bacilica dengan langkah gontai namun aku yakin malam ini bisa tidur nyenyak tanpa mengingatmu lagi! Aku sudah waras kembali!

Kau, selamat tinggal!

at 5:47 PM 0 comments

  • didats