Wednesday, January 04, 2006

Perasaanku = Nasi Rames

ini kali ke-3, aku harus menjalankan tugas berat:
- tahun 2000, satu bulan setelah Bapak dipanggil Yang Kuasa aku harus menikahkan adikku (no.5 dari 7 bersaudara)
- tahun 2003, giliran aku menikahkan adikku yang lain ( no.6 dari 7)
- dan 8 Januari 2006 ini, aku harus menikahkan kakakku ( no.3 dari 7). mengingat usianya yang termasuk terlambat, aku sangat bersyukur akhirnya Kakak perempuanku yang terkenal "kepala batu" ini menemukan jodohnya. betapa ibuku lega dan bahagia karenanya!
Setiap peristiwa itu berulang, selalu menyisakan getaran rasa yang sama: bahagia, sedih, haru,nelangsa ..benar-benar seperti NASI RAMES. Setiap menyerahkan mereka pada pria yang tepat, aku tak kuasa menepis sosok Bapak yang tiba-tiba hadir di tengah kami.....membuat keharuanku makin larut. Dan bayangan perjalanan hidup kami menjelma satu-demi satu!
Terbayang saat kami ber-6 masih kecil (si bontot no.7 nongol belakangan), menekan perasaan menjadi menu kami sehari-hari saat harus tinggal di rumah kakek dan nenek. tak ada yang lebih kami takuti dari kemarahan mereka berdua. Saat mereka marah, kami harus berlindung pada siapa? pada sosok ayah yang hanya hembusan angin lalu? di balik kelembutan ibulah kami selalu berlindung, meski terkadang beliau hanya diam membisu.
Besar dalam keluarga tidak lengkap jelas bukan pilihan kami, tapi Sang Dalang telah mengaturnya demikian. Carut-marut emosi membuat kami saling membentengi diri dengan cara yang berbeda : ada yang cuek, keras kepala, pendendam dan perasa! Dan aku memilih 2 yang terakhir.
Seorang laki-laki berarti pemimpin. dia harus bisa MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO. Dari dia diharapkan nama besar keluarga akan membahana melewati langit tujuh lapis, namun bila dia salah arah - dia juga yang akan membuat nama besar keluarga hancur berkeping dan teronggok bagai sampah!
Sudah 10 tahun aku berdaya upaya mengangkat nama besar keluargaku, jujur aku belum bisa melakukannya dengan baik, untuk menembus lapis langit pertama-pun rasanya masih jauh. Tapi aku harus tetap melakukannya, sampai napas kelak terenggut dariku!

Aku ingin tumbuh menjadi diriku sendiri dan aku tidak pernah menginginkan peran menjadi pengganti Bapak, peran yang dulu kuanggap ringan namun kini kusadari betul betapa berat tanggungjawabnya. Namun seiring waktu aku harus mengemban tugas itu, yang kuanggap sebagai peran yang telah ditetapkan-Nya, karena aku yakin sedikit orang yang dapat kesempatan serupa. Mungkin itu cara terbaik bagiku untuk bisa memaafkan dan berdamai dengan masa lalu!

Sekarang.....kami sudah menjadi Wayang dengan perannya masing-masing, mencoba memaknai hidup dengan cara yang lebih arif dan berupaya keras agar kisah lama tak terulang lagi dalam kehidupan anak cucu kami nanti.

Perjalanan pulang kali ini juga semakin membuka mataku akan ikatan simpul kasih diantara kami, berkurangnya usia membuat kami saling bisa menerima perbedaan, ledakan2 yang dulu kerap menyengat kini perlahan surut digantikan perbincangan mencari titik temu. semuanya seperti tidak ingin kehilangan moment-moment indah saat berkumpul.

Kini, aku tidak merasa melangkah sendiri. Mesti kami berjauhan, dalam hati kami telah berikrar untuk bahu-membahu membangun kembali semuanya. Memperbaiki apa yang bisa kami perbaiki, melupakan dan memaafkan masa lalu - meski dengan membuang sebagian jiwa kami. Tapi itulah harga yang harus kami tebus untuk meraih kembali kebahagiaan.
Ibu, tersenyumlah,peran ibu telah genap.Mesti aku masih berhutang satu- tapi itu masih lama, biarkan si bontot mengejar cita-citanya dulu. biarkan dia menikmati keindahan agar dia bisa bercerita pada ke-6 kakaknya tentang hidup merdeka tanpa tekanan! pada dia kita bisa bercermin dan merasakan hidup yang sesungguhnya, yang telah lama kita impikan.
Selamat menempuh hidup baru Kak, doaku tak pernah putus untukmu. Ini bukan akhir, tapi awal untuk meraih apa yang selama ini menjadi bunga tidurmu, aku yakin kau bisa meraihnya!
catatan kecil antara Rembang-Jakarta

at 10:36 PM

16 Comments:

Blogger yaya said...

Tulisan ini sweet sekali.

Duh..duh...aku terharu biru nih jadinya.

7:27 PM  
Blogger guario said...

selamat yaaa... buat kakak dan kamu. berat memang tanggung jawab nikahin dan jadi main guy di keluarga, tapi kamu pasti bisa;).

12:12 AM  
Anonymous Anonymous said...

Bagus tulisannya...
Jangan lupa tentang hutang terhadap diri sendiri :)
doel

11:27 AM  
Blogger Sisca said...

Mas Bagus, saya tersentuh sekali dengan uraiannya.

Seperti pepatah pernah berkata : memaafkan dan melupakan adalah lebih mulia daripada membalas dendam.

Selamat meraih cita cita.

Salam hangat

1:10 PM  
Anonymous Anonymous said...

Kalo elo sendiri kapan Gus ??

Way

7:14 PM  
Blogger unai said...

Aku merasakan seperti rasamu...mungkin.
Keponakanku menikahkan kakaknya, karena bapaknya sudah meninggal sewaktu mereka masih kecil2x.
Aku ikut menangis mendengarkan lewat HP bapakku.
Selamat ya mas...buat kamu dan kakakmu...kamu kapan ?

10:52 PM  
Blogger Lili said...

you can do it Bro.
Wayang?? bukankah kita jg bisa jadi dalangnya?..
Pernahkah kita di posisi sbg ibu yg ditinggal suami dgn anak yg banyak??

aku aslut sama ibu mu dan tentu saja sama dirimu...
maju terus pantang mundur...
God will always be with you

2:42 AM  
Blogger L. Pralangga said...

As one blunder and challenges overcome, yet another awaits you at that very end of the corner.. :). I am confident that as you grow confidence and the proof of past experiences to stood against the test of time, this time ..and ahead, your durability exceeds each passing year. A capable personality you've gone becoming.. and I am glad to learn that you've passed successfully so far.

Fear of the unknown, is Ok, Don't crack under-pressure, vent-it-out, once in a while. I know you can.. as you proved them in several occassions.

May this pat on the back, gives you another going this year.. I hope to meet & greet you someday soon, to really hand-shake congratulating you in person for this achievements.

Hugs from West Africa, I remain.. :)

9:46 AM  
Blogger unai said...

Selamat nggih, dan yang paling penting itu Mas Bagus segera nyusul itu akan lebih indah. tak tunggu undanggannya

8:01 PM  
Blogger isna_nk said...

Alloh punya rencana yg lebih baik buat kita kok ... :)

Dan apa yg mas Bagus lakukan semua itu membuat hidup mas BAgus lebih berarti kan ? :)

Moga Aloh membalas yg lebih baik ...

9:23 PM  
Blogger Intan Bayduri said...

God know the best for us.
Kalo pandai bersyukur dan mengambil hikmah pasti kita jadi orang lebih baik ya kan :)
Semoga gue juga begitu...semoga saja kita bisa...
Bukankah mas Bagus menjadi lebih sabar, dan lebih dewasa alias ngemong. Dilihat dari ceritanya sih begitu :)
Bagus jelek menurut kita pasti bagus menurut Kanjeng Gusti. Keterbatasan kita cuma bisa melihat bagus dan jelek. We just have to manage our mind.
What u see is what u think...
I believe ur a great and a tough guy bro (SKSD banget sih gue hehehe)

1:52 AM  
Blogger Theresia Maria said...

selamat buat kakaknya yg barusan merit. kalo ada hutang, harus dilunasin yach...ama rentenya juga, lho.

11:15 PM  
Blogger dodY said...

maksudnya... berikutnya giliran kamu ya, mas? atau.. masih nyantai aja? hehehe

7:24 AM  
Blogger mutiara nauli pohan said...

ehhh postingan kita kok rada2 mirip yah

6:31 PM  
Anonymous Anonymous said...

selamat ya mas, udah mewakili bapak, melepas adik2 dan kk...memang, disaat begitu, sosok seorg bapak yg udah ga ada ditengah2 kita, sptnya hadir menjelma...bikin perasaan campur aduk...terharu, sedih, sekaligus bahagia..mdh2n hutangnya pd ibu jg segera bisa dilunasi...;)salam kenal..

7:08 PM  
Anonymous Anonymous said...

salam kenal mas bagus,

mulia amat jadi lelaki di keluarga besar!!

btw, 4 taon lalu pun aku jadi wali nikahin kakak karena ayahpun tlah alm. hi hi...sama ya kita...

terus mas Bagus ini asal Rembang?
wah jadi inget taman Kartini neh..

Salam,

11:00 AM  

Post a Comment

<< Home

  • didats