Wednesday, March 16, 2005

Aku bukan LELAKI PILIHAN (impian)

At, ....aku tak tahu harus memulainya dari mana. Aku berbohong saat menjawab teleponmu 2 hari lalu. Aku tahu, saatnya nanti kau akan tahu kebenarannya. Tapi jangan paksa aku mengatakannya, karena aku ingin kau membenciku karena kebohongan itu.
10 bulan lalu, ibumu datang ke jakarta dan membuatku bertandang di rumahmu sebagai tanda hormat karena beliau sudah kuanggap seperti ibuku sendiri ( kita sudah lama di belantara jakarta, tapi tidak pernah bertemu!) Aku tidak punya firasat apapun saat itu, kedatanganku hanya untuk mempererat tali sirahturahim antara kita.
Ibumu bertutur tentang dirimu, kegundahannya karena di usiamu kini kamu belum juga punya pendamping ( kekawatiran khas orang tua!). Akhirnya ibumu berucap," Gus, maukah kau menjadi suami anakku?"
At, lidahku kelu, aku hanya tersenyum tanpa berkata-kata. Aku merasa menjadi pria terhormat! Sungguh, aku sering merasa diriku tak pantas bagi siapapun, lalu tiba2 seorang ibu memintaku menjadi suami bagi putri semata wayangnya!
At, ibumu menilaiku terlalu tinggi, kita memang saling mengenal dengan baik, rahasia keluarga masing2 kitapun tahu. Tapi apakah kalian tahu siapa aku sesungguhnya?
At, kalian sungguh tak tahu aku! Kalau ibumu mengukur deretan keberhasilanku, beliau tak akan mampu mengukur deretan kegagalanku! Kalau beliau mengatakan kita sederajat, beliau salah dalam menetapkan takaran derajatku!
At, kamu terlalu baik untuk pria sebodoh aku! Setua ini, aku masih sulit membedakan benar dan salah. Aku masih sering (dan selalu) terperosok pada lubang kesalahan yang sama. Sisi kelamku pun menguasai diriku dalam mengambil keputusan. Apakah pria seperti itu yang kau harapkan memimpin keluarga?
At, wanita yang baik akan mendapatkan pria yang baik, pun sebaliknya. Kuyakin kau akan mendapatkan itu...tapi bukan aku! Hingga saat ini aku tidak memberi jawaban atas pinangan ibumu bukan karena aku ingin menggantung atau menyiksa kalian. Bukan!
At, aku berharap waktu 10 bulan bisa merubah pandangan diriku tentang perkawinan dan siapa diriku. Sampai saat ini aku masih belum menemukan jawabannya dan andai kutemukan, jawaban itu akan berbeda dengan harapan kalian.
At, andai kau menikah denganku, tidak serta merta aku bisa membahagiakanmu. Kau jelas tidak bisa bersandar di bahuku, bahuku sudah layu memikul beban deritaku sendiri! Kau tidak bisa memintaku menuntunmu, karena tanganku telah terikat dengan penderitaan yang tak tahu kapan melepasku! Begitupun upaya kerasmu untuk membuatku bahagia, tak akan membuatku bergeming : kau tidak akan pernah memiliki hatiku!
At, katakan kepada ibumu bahwa aku bukan lelaki pilihan(impian) bagimu. Katakan pada beliau, andai kita menikah, kau-lah yang paling menderita karena cinta tidak bisa berjalan dari satu sisi!
At, sejujurnya aku sudah pulang ke Rembang, aku berbohong karena aku tidak bisa bertatap dengan ibumu. Menolak harapan dimatanya membuat aku merasa berdosa. Aku tidak akan sanggup berkata "tidak" bila didepannya, tapi akupun tidak mungkin berkata "ya" sementara aku tidak menginginkannya.
At, aku tidak tahu perasaanmu sesungguhnya, semua yang kau lakukan adalah bentuk bakti seorang anak kepada ibunya. Tapi katakan yang sebenarnya pada beliau, akupun yakin kau tidak mencintaiku. Tidak ada getar (dan chemistry) antara kita sejauh ini!
At, tolong jangan hubungi aku lagi, pupuskan semuanya saat ini......ada banyak pria yang layak bagimu. Aku akan tetap jadi sahabatmu, kukira itu yang terbaik bagi kita.
At, sampaikan maafku kepada ibumu, aku tak bermaksud menyakiti dan menyinggung harga dirinya. Aku harus mengatakan dengan jujur apa kata hatiku...dan apa yang tertulis di sini itulah yang sesungguhnya.
At, aku akan berdoa untukmu...aku yakin tidak lama lagi kau akan menemukan yang layak mendampingimu.
At, maafkan aku!

at 2:00 AM

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Excellent, love it! » » »

7:23 PM  

Post a Comment

<< Home

  • didats