Friday, April 28, 2006

biarkan aku belajar percaya

aku datang saat dia berusaha membendung airmata. aku tepuk bahunya lembut,"menangislah, itu akan melegakan."
kamu menggeleng dan menutup muka dengan kedua tanganmu yang indah, kau masih mencoba tegar di hadapanku.


little girl....dihadapanku kau tak perlu sembunyikan apapun, karena kau tak akan bisa. saat siang hari ber-YM kau mengatakan ingin curhat, aku sudah siapkan tissue dan kata-kata penghibur untukmu, bahkan aku siap sepanjang malam untuk mendengarkan kisahmu-jika kau menginginkannya. semua akhirnya kau tumpahkan, dan kisahmu membuatku merasa bersalah: apakah aku salah memilihkan dia untukmu?

" aku takut nggak bisa nahan emosi mas, aku takut kelepasan omong. dia gampang banget emosi, kalau sudah begitu ngomongnya nyakitin ati dan tingkah lakunya kasar, seperti lemparin cincin seenaknya. aku gak bisa digituin."
aku tersekat dan berhati-hati mencari kata yang tepat untuk meredakan emosinya. aku sarankan dia banyak berdoa, beberapa pasangan yang hendak menikah selalu menghadapi masalah sejenis : ragu, takut kalau dia salah pilih. aku memintanya bersabar, sholat dan memintanya bicara dengan sang pacar saat emosinya sudah reda.
" aku sudah sering melakukannya, tapi dia tetap mengulanginya."
aku mengangguk, watak seseorang memang tidak mungkin diubah. lalu aku ceritakan tentang pasangan muda yang kukagumi: Is dan Unai. Saat aku bersama Is, betapa dia memuji kesempurnaan istrinya, begitu pula sebaliknya. Mereka saling take & give, hingga kehidupan mereka penuh kedamaian.
" kamu tidak harus seperti mereka, tapi kamu bisa bercermin pada mereka. dalam kehidupan rumah tangga tetap ada 2 kepala, ada 2 otak dengan pikiran dan pendapat yang berbeda. kalau kalian berharap langgeng, yang perlu kalian cari adalah titik temu-kompromi, bukan salah satu menguasai. apapun yang timpang, akan jadi bom waktu dikemudian hari.dan sebagai cewek, kamu yang bakal lebih banyak dirugikan" kataku.
aku lalu mengajaknya bertemu sang kekasih, yang kebetulan mengirim sms padaku untuk menemani sang gadis pulang. aku membiarkan mereka memecahkan sendiri masalahnya dan tak henti berdoa semoga tidak ada kata berpisah.
lalu aku tinggalkan mereka untuk urusan yang lebih penting : mencoba mempercayai cinta.
(lega, melihat kalian bisa tersenyum lagi)

at 1:44 AM

1 Comments:

Blogger blanthik_ayu said...

ojo dadi comblang and konsultan wae tho...ayo ndhang nggolek hihihi ojo "sorry, I can't" terus :P

8:54 PM  

Post a Comment

<< Home

  • didats